Friday 30 October 2015
Thursday 29 October 2015
By zulverziNo comments
Kemendikbud Gelar Rakor Penanggulangan Dampak Bencana Asap
Thu, 10/29/2015 - 10:37
Jakarta, Kemendikbud --- Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) hari ini, Kamis (29/10/2015)
menggelar rapat koordinasi (rakor) dengan pemerintah daerah yang kena
dampak asap terkait penanggulangan dampak bencana asap di bidang
pendidikan. Sebelumnya, terkait bencana asap, pada 23 Oktober 2015,
Mendikbud juga telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Penanganan
Pendidikan pada Daerah Terdampak Bencana Asap. Kemudian pada 26 Oktober,
Mendikbud Anies Baswedan meninjau langsung ke daerah terdampak bencana
asap di Palembang dan Jambi.
Rakor
Penanggulangan Dampak Bencana Asap merupakan tindak lanjut dari Surat
Edaran Mendikbud Nomor 90623/MPK/LL/2015 tentang Penanganan Pendidikan
pada Daerah Terdampak Bencana Asap. Rakor mengundang sembilan gubernur
dan 66 bupati/walikota yang diwakili kepala dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota dari sembilan provinsi yang wilayahnya terdampak
bencana asap. Provinsi tersebut adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan.
Rakor
dibagi dalam tiga panel. Panel pertama membahas informasi dan
penjelasan tentang kondisi dan langkah penanganan dampak asap di Pulau
Sumatera. Empat kepala dinas provinsi akan menjadi narasumbernya, yaitu
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
Jambi, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, dan Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat.
Panel
kedua membahas informasi dan penjelasan tentang kondisi dan langkah
penanganan dampak asap di Pulau Kalimantan. Lima narasumber dalam panel
kedua itu adalah Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah,
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat, Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
Kalimantan Timur dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Utara.
Yang
menarik lagi, adalah pembahasan di panel ketiga dan keempat. Panel
ketiga membahas informasi tentang efektivitas alat pembersih udara untuk
ruang belajar, dan panel keempat membahas sinkronisasi pengadaan alat ,
misalnya pembersih udara untuk ruang belajar. Dalam panel ketiga, dua
profesor dari Institut Teknologi Bandung (ITB), yaitu Prof I Gede Wenten
dan Prof Zeily Nurachman akan menjadi narasumber melalui
telekonferensi.
Untuk
mengefektifkan rakor ini, kepala dinas pendidikan yang hadir membawa
data-data terbaru tentang jumlah sekolah yang diliburkan, jumlah
hari/jam pelajaran yang sudah diliburkan, dan daftar keperluan mendasar
untuk kelancaran proses belajar di ruang kelas atau ruang lainnya. (Desliana Maulipaksi)
By zulverziNo comments
Kebijakan untuk Guru di Daerah Terdampak Bencana Asap
Thu, 10/29/2015 - 13:12
Jakarta, Kemendikbud
--- Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Sumarna
Surapranata mengatakan ada empat kebijakan yang akan diterapkan terhadap
guru di daerah terdampak bencana asap. Kebijakan tersebut antara lain
tetap dibayarkannya tunjangan profesi guru tanpa terkena aturan
kewajiban mengajar 24 jam, dan pengunduran jadwal uji kompetensi guru
sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.
"Tunjangan profesi guru bagi guru-guru di daerah bapak-ibu tetap
dibayarkan, tidak terkena aturan 24 jam. Karena sekarang sedang dapat
musibah maka kami mohon sejak terjadinya musibah, hak guru tetap
diberikan," ujar Pranata dalam Rakor Penanggulangan Dampak Bencana Asap
antara Kemendikbud dengan dinas pendidikan provinsi terdampak bencana
asap, di Kantor Kemendikbud, Jakarta, (29/10/2015).
Kedua, terkait uji kompetensi guru (UKG) secara nasional yang akan
berlangsung pada 9-27 November 2015, Pranata mengatakan UKG di sembilan
provinsi yang terdampak bencana asap tidak perlu mengikuti jadwal
nasional sehingga bisa ditunda sesuai kondisi daerahnya masing-masing.
"Bisa Desember atau Januari 2016. Per kabupaten tidak perlu sama,"
katanya.
Ketiga, lanjut Pranata, Kemendikbud siap memberikan bantuan sosial
dalam bentuk block grant untuk Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP). Hal ini juga sesuai dengan Surat Edaran
Mendikbud tentang Penanganan Pendidikan pada Daerah Terdampak Bencana
Asap. Bantuan sosial akan diberikan secara selektif kepada KKG/MGMP yang
melakukan pengayaan atau remedial kepada siswa terdampak bencana asap.
"Contoh proposalnya nanti kita berikan," tutur Pranata.
Kebijakan keempat, lanjut Pranata, adalah Kemendikbud siap memberikan
tenaga pendidik tambahan apabila ada permintaan dari daerah terdampak
bencana asap. "Apabila diperlukan tenaga tambahan untuk pendidik kami
siapkan dari P4TK. Kami minta daftar kebutuhan dari bapak-ibu," katanya.
Rakor Penanggulangan Dampak Bencana Asap dihadiri perwakilan dinas
pendidikan dari sembilan provinsi yang terdampak bencana asap, yaitu
Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan
Utara. Masing-masing daerah memberikan laporan singkat mengenai
perkembangan terkini dari dunia pendidikan di daerahnya. Selanjutnya
rakor membahas tindak lanjut penanganan pendidikan di daerah-daerah
tersebut dengan prinsip tidak merugikan peserta didik maupun guru dan
tenaga kependidikan. Beberapa pejabat Kemendikbud yang hadir dalam rakor
antara lain Kepala Balitbang Totok Suprayitno, Sesditjen Dikdasmen
Thamrin Kasman dan Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Nizam. (Desliana Maulipaksi)
Tuesday 27 October 2015
Budidaya Buah Naga
By zulverziNo comments
Buah naga dikelompokan kedalam
keluarga tanaman kaktus. Meskipun dikenal sebagai buah dari Asia, tanaman ini
aslinya berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pada tahun
1870, bangsa Perancis membawa buah naga dari Guyana ke Vietnam sebagai
tanaman hias. Karena rasanya manis, buah naga kemudian dikonsumsi secara meluas
di Vietnam dan Cina.
Di Indonesia, buah naga mulai
populer sejak tahun 2000. Tidak jelas benar siapa yang pertama kali
mengembangkannya. Diperkirakan buah naga yang masuk ke negeri kita berasal dari
Thailand dan dibudidayakan oleh para pehobi tanaman secara sporadis.
Saat ini terdapat beberapa spesies
tanaman buah naga yang banyak dibudidayakan. Jenis-jenisnya buah populer yaitu:
- Hylocereus undatus kulitnya merah dengan daging buah putih
- Hylocereus polyrhisus kulit merah dengan daging buah merah
- Hylocereus costaricensis kulit merah dengan daging buah merah pekat agak keunguan
- Hylocereus megelanthus kulitnya berwarna kuning dengan daging buah putih.
Budidaya buah naga sangat cocok
dengan kondisi iklim dan alam Indonesia. Tanaman ini tumbuh optimal pada
ketinggian 0-350 meter dpl dengan curah hujan sekitar 720 mm per tahun. Suhu
udara ideal bagi pertumbuhan buah naga berkisar 26-36 derajat celcius.
Memilih
bibit buah naga
Tanaman buah naga bisa diperbanyak
dengan cara generatif dan vegetatif. Cara generatif yaitu memperbanyak tanaman
dari biji. Benih diambil dengan cara mengeluarkan biji dari buah naga terpilih.
Cara ini sedikit sulit dan biasanya dilakukan oleh para penangkar
berpengalaman.
Cara
vegetatif relatif lebih banyak dipakai karena lebih mudah. Budidaya buah naga
dengan cara vegetatif lebih cepat menghasilkan buah. Selain itu, sifat-sifat
tanaman induk bisa dipastikan menurun pada anaknya. Berikut ini langkah-langkah
penyetekkan buah naga:
- Penyetekkan dilakukan terhadap batang atau cabang tanaman yang pernah berbuah, setidaknya 3-4 kali. Hal ini berguna agar hasil setek bisa berproduksi lebih cepat dan produktivitasnya sudah ketahuan dari hasil buah terdahulu.
- Pilih batang yang berdiameter setidaknya 8 cm, keras, tua, berwarna hijau kelabu dan sehat. Semakin besar diameter batang akan semakin baik, karena batang tersebut akan jadi batang utama tanaman.
- Pemotongan dilakukan terhadap batang yang panjangnya sekitar 80-120 cm. Jangan dipotong semua, sisakan sekitar 20%, bagian yang 80% akan dijadikan calon bibit.
- Potong-potong batang calon bibit dengan panjang sekitar 20-30 cm. Ujung bagian atas dipotong rata, sedangkan pangkal bawah yang akan ditancapkan ke tanah dipotong meruncing. Gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar.
- Potongan setek harus memiliki setidaknya 4 mata tunas. Panjang setek bisa lebih pendek namun konsekuensinya akan berpengaruh pada kecepatan berbuah.
- Biarkan batang setek yang telah dipotong-potong tersebut hingga getahnya mengering. Apabila langsung ditanam getah yang masih basah bisa menyebabkan busuk batang. Untuk menghindari resiko serangan jamur batang setek bisa di celupkan pada larutan fungisida.
- Siapkan bedengan atau polybag untuk menanam setek-setek tersebut. Untuk campuran tanah atau media tanamnya silahkan lihat cara membuat media persemaian.
- Siram bedengan atau polybag yang telah diisi dengan media tanam. Kemudian tancapkan bagian yang runcing dari setek kedalam media tanam sedalam 5 cm.
- Berikan naungan atau sungkup untuk melindungi setek tersebut. Lakukan penyiraman sebanyak 2-3 hari sekali.
- Setelah 3 minggu, tunas pertama mulai tumbuh dan naungan atau sungkup harus dibuka agar bibit mendapatkan cahaya matahari penuh.
- Pemeliharaan bibit biasanya berlangsung hingga 3 bulan. Pada umur ini tinggi bibit berkisar 50-80 cm.
Persiapan budidaya buah naga
Kebutuhan
bibit untuk budidaya buah naga seluas satu hektar sekitar 6000-1000 bibit.
Jumlah bibit yang diperlukan tergantung pada metode tanam dan pengaturan jarak
tanam. Kali ini alamtani membahas metode budidaya buah naga dengan tiang panjat
tunggal. Dengan sistem ini dibutuhkan tiang panjat sebanyak 1600 batang dengan
kebutuhan bibit tanaman sebanyak 6400 bibit per hektar.
a. Pembuatan tiang panjat
Dalam
budidaya buah naga tiang panjat sangat diperlukan untuk menopang tumbuhnya
tanaman. Tiang panjat biasanya dibuat permanen dari beton. Bentuk tiangnya
bisap pilar segi empat atau silinder dengan diameter sekitar 10-15 cm.
Tinggi tiang
panjat untuk budidaya buah naga biasanya 2-2,5 meter. Tiang tersebut
ditanam sedalam 50 cm agar kuat berdiri. Di ujung bagian atas diberikan
penopang berupa batang kayu atau besi membentuk ‘+’. Kemudian tambahkan besi
berbentuk lingkaran atau bisa juga ban motor bekas. Sehingga bagian ujung
atasnya berbentuk seperti stir mobil.
Buatlah
tiang panjat tersebut secara berbaris, jarak tiang dalam satu baris 2,5 meter
sedangkan jarak antar baris 3 meter. Jarak ini juga sekaligus menjadi jarak
tanam. Di antara barisan buat saluran drainase sedalam 25 cm.
b. Pengolahan tanah
Setelah tiang
panjat disiapkan, buatlah lubang tanam dengan ukuran 60×60 cm dengan kedalaman
25 cm. Posisi tiang panjat persis terletak ditengah-tengah lubang tanam
tersebut.
Campurkan 10
kg pasir dengan tanah galian untuk menambah porositas tanah.
Tambahkan pupuk kompos atau pupuk kandang yang telah matang sebanyak 10-20
kg. Tambahkan juga dolomit atau kapur pertanian sebanyak 300 gram, karena
buah naga memerlukan banyak kalsium. Aduk bahan-bahan tersebut hingga merata.
Timbun
kembali lubang tanam dengan campuran media di atas. Kemudian siram dengan air
hingga basah tapi jangan sampai tergenang. Biarkan lubang tanam yang telah
ditimbun kembali tersinari matahari dan mengering.
Setelah 2-3
hari, berikan pupuk TSP sebanyak 25 gram. Pemberian pupuk melingkari tiang
panjat dengan jarak sekitar 10 cm dari tiang. Biarkan selama kurang lebih 1
hari. Kini lubang tanam siap untuk ditanami.
Penanaman bibit buah naga
Untuk satu
tiang panjat dibutuhkan 4 bibit tanaman buah naga. Bibit ditanam mengitari
tiang panjat, jarak antar tiang panjat dengan bibit tanaman sekitar 10 cm.
Bibit dipindahkan dari bedeng penyemaian atau polybag. Gali tanah sedalam 10-15
cm, atau disesuaikan dengan ukuran bibit. Kemudian bibit diletakkan pada galian
tersebut dan ditimbun dengan tanah sambil dipadatkan.
Setelah ke-4
bibit ditanam, ikat batang bibit tanaman tersebut sehingga menempel pada tiang
panjat. Lakukan pengikatan setiap tanaman tumbuh menjulur sepanjang 20-30 cm.
Pengikatan jangan terlalu kencang untuk memberi ruang gerak pertumbuhan
tanaman dan agar tidak melukai batang.
Pemupukan dan perawatan
a. Pemupukan
Pada masa
awal pertumbuhan pupuk yang dibutuhkan harus mengandung banyak unsur nitrogen
(N). Pada fase berbunga atau berbuah gunakan pupuk yang banyak
mengandung fosfor (P) dan kalium (K). Pemakaian urea tidak dianjurkan
untuk memupuk buah naga, karena sering mengakibatkan busuk batang.
Pemupukan
dengan pupuk kompos atau pupuk kandang dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan
dosis 5-10 kg per lubang tanam. Pada saat berbunga dan berbuah berikan pupuk
tambahan NPK dan ZK masing-masing 50 dan 20 gram per lubang tanam. Pada tahun
berikutnya perbanyak dosis pemberian pupuk sesuai dengan ukuran tanaman. Pupuk
tambahan berupa pupuk organik cair, pupuk hayati atau hormon perangsang buah
bisa diberikan untuk memaksimalkan hasil.
b. Penyiraman
Penyiraman
bisa dilakukan dengan mengalirkan air pada parit-parit drainase. Selain
itu juga bisa menggunakan gembor atau irigasi tetes. Sistem irigasi tetes lebih
hemat air dan tenaga kerja namun perlu investasi yang cukup besar.
Penyiraman
dengan parit drainase dilakukan dengan merendam parit selama kurang
lebih 2 jam. Bila penyiraman dilakukan dengan gembor, setiap lubang tanam
disiram dengan air sebanyak 4-5 liter. Frekuensi penyiraman 3 kali sehari di
musim kering, atau sesuai dengan kondisi tanah.
Penyiraman
bisa dikurangi atau dihentikan ketika tanaman mulai berbunga dan berbuah.
Pengurangan atau penghentian penyiraman bertujuan untuk menekan
pertumbuhan tunas baru sehingga pertumbuhan buah bisa maksimal. Penyiraman
tetap dilakukan apabila tanah terlihat kering dan tanaman layu karena
kurang air.
c. Pemangkasan
Terdapat
setidaknya tiga tipe pemangkasan dalam budidaya buah naga, yakni pemangkasan
untuk membentuk batang pokok, pemangkasan membentuk cabang produksi dan
pemangkasan peremajaan.
Pemangkasan
untuk membentuk batang pokok dilakukan pada batang bibit tanaman. Tanaman yang
baik memiliki batang pokok yang panjang, besar dan kokoh. Untuk mendapatkan
itu pilih tunas yang tumbuh di bagian paling atas batang awal. Tunas yang
tumbuh dibawahnya sebaiknya dipotong saja.
Pemangkasan
untuk membentuk cabang produksi dilakukan pada tunas yang tumbuh pada batang
pokok. Pilihlah 3-4 tunas untuk ditumbuhkan. Nantinya tunas ini akan menjadi
batang produksi dan tumbuh menjuntai ke bawah. Tunas yang ditumbuhkan sebaiknya
yang ada di bagian atas, sekitar 30 cm dari ujung atas.
Pemangkasan
peremajaan dilakukan terhadap cabang produksi yang kurang produktif. Biasanya
sudah berbuah 3-4 kali. Hasil pangkasan peremajaan ini bisa dijadikan sumber
bibit tanaman.
Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemangkasan adalah bentuk tanaman. Biasanya tanaman
buah naga tumbuh tidak teratur. Upayakan agar tunas-tunas yang dipilih bisa
membentuk tanaman dengan baik. Sehingga percabangan tidak terlalu rimbun dan
batang yang ada dibawah tajuk bisa terkena sinar matahari dengan maksimal.
Pemanenan
Tanaman buah
naga berumur panjang. Siklus produktifnya bisa mencapai 15-20 tahun. Budidaya
buah naga mulai berbuah untuk pertama kali pada bulan ke 10 hingga 12 terhitung
setelah tanam. Namun apabila ukuran bibit tanamannya lebih kecil, panen
pertamanya bisa mencapai 1,5-2 tahun terhitung setelah
tanam. Produktivitas pada panen pertama biasanya tidak langsung optimal.
Satu tanaman
biasanya menghasilkan 1 kg buah. Dalam satu tiang panjat terdapat 4 tanaman.
Berarti dengan jumlah tonggal 1600 dalam satu hektar akan dihasilkan
sekitar 6-7 ton buah naga sekali musim panen. Usaha budidaya buah naga yang
sukses bisa menghasilkan lebih dari 50 ton buah per hektar per tahun.
Ciri-ciri
buah yang siap panen adalah kulitnya sudah mulai berwarna merah mengkilap.
Jumbai buah berwarna kemerahan, warna hijaunya sudah mulai berkurang. Mahkota
buah mengecil dan pangkal buah menguncup atau berkeriput. Ukuran buah membulat
dengan berat sekitar 400-600 gram.